Rabu, 23 November 2011

Remember me this way

Pilihan bukan di tangan orang yang akan mengingat kita.
Sebaliknya, bagaimana kita ingin diingat orang lain?
Seperti apa kita ingin dikenang oleh orang-orang yang dekat dengan kita, sahabat-sahabat kita, atau orang yang pernah berinteraksi dengan kita ?
Pilihan ada di tangan kita.. Pilihan ada di tangan Anda.
 
Terlahir 31 Maret 1997 dengan nama Yosephine Priskila Taruli Manik, dan memiliki panggilan sayang Ochie, sebagai putri pertama dari 2 bersaudara.
Semua mengenalnya sebagai anak yang cantik, baik hati, sopan, suka tersenyum, suka menolong teman dan sangat suka belajar. Saya ingat semasa balita, orang-orang senang mencubit pipinya karena sangat cantik dan menggemaskan.
 
Desember 2010, saya mendapat kabar kalau Ochie demam tinggi, dan ketika dibawa ke RS, hasil pemeriksaan menyatakan mengidap penyakit LEUKEMIA. KANKER DARAH. Seperti petir di siang bolong. Begitu tiba-tiba.
Ochie menjalani perawatan intensif di sebuah Rumah Sakit khusus kanker di Subang, Malaysia. Dan dipastikan, ya... memang Ochie menderita penyakit Leukemia. Perkiraan dokter waktu itu hanya butuh beberapa bulan saja untuk menangani penyakit tsb.Bulan demi bulan dilalui, ternyata penyakit ini tidak mudah untuk diatasi. tidak seperti perkiraaan dokter semula. Leukemia yang diderita Ochie sangat agresif sekali.

Meskipun begitu, anak yang suka tersenyum ini, benar-benar menunjukkan perjuangannya melawan penyakit yang sangat ganas ini. Berkali-kali menjalani kemoterapi, hingga semua rambut rontok, dan berbagai tindakan medis lainnya, yang sangat menyakiti tubuh anak belasan tahun ini, tidak mampu melumpuhkan semangat hidupnya.
Ada 1 jenis obat yang bila diminum akan membuat Ochie kesakitan dari ujung kepala sampai ujung kaki, tapi tidak pernah ia menolak atau enggan untuk mengkonsumsi obat tsb.
Semangat hidupnya tergambar jelas dalam salah satu status di twitternya, Ochie menulis :"I HAVE CANCER, I HATE CANCER,  AND I'M KILLING CANCER"

Semua keluarga yang menyaksikan perjuangannya setuju bahwa Ochie tidak mau diintimidasi oleh penyakitnya. Tidak sekalipun kelihatan anak kecil ini mengeluh. Setiap orang yang membesuknya selalu melihat senyuman menghiasi wajah Ochie.
Padahal semua orang tahu bagaimana rasa sakit yang dideritanya.

Banyak pasien lain yang mengalami derita seperti Ochie, mulai patah semangat, murung, dan tidak mau makan. Ochie sebaliknya, selalu tersenyum.

Apapun yang disediakan dia makan dengan lahap (kita bisa terkecoh, dan menyangka makanan yang dimakannya sangat lezat).
Nggak heran, badannya bukan semakin kurus, malah lebih gemuk dan segar daripada sebelum didiagnosa Leukemia.
Suatu ketika, melihat Ochie yang makan dengan sangat lahap, mamanya ingin mencicipi makanannya tersebut, dan akhirnya menyadari ternyata makanan itu sangat plain, tidak seperti yang dibayangkan.
Sang mama menangis dalam hati menyadari betapa putrinya ini sangat berjuang melawan Leukemia. 

Setelah 10 bulan berjuang, akhirnya Ochie menghembuskan nafas terakhir,
4 Oktober 2011 di tengah keluarga yang mengasihinya. Ia sempat berpesan kepada adiknya Catherine supaya menjaga kesehatannya, Ochie sempat memeluk erat papanya, dan ia juga mengucapkan terimakasih kepada mama yang tidak pernah lelah menemani dan merawatnya selama sakit.

Banyak orang yang mengenalnya menangis dan bertanya "WHY GOD?"

Selama 10 bulan semua keluarga tahu bagaimana Ochie dan seluruh keluarga berdoa kepada Tuhan memohon kesembuhan. Papanya meninggalkan pekerjaannya selama 10 bulan untuk bisa mendampingi Ochie, sang mama juga selalu ada di sampingnya, merawat Ochie sambil tekun berdoa memohon kemurahan Tuhan untuk kesembuhan anak terkasih.
Setiap pagi dan malam di RS mereka membaca firman Tuhan, memuji, menyembah dan berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan. Keluarga ini masuk dalam keintiman yang sangat dalam kepada Tuhan, yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

Mulai dari dokter, suster, bahkan janitor di RS negeri tetangga ini pun mengasihi anak kecil yang tabah, dan suka tersenyum ini.Ochie menjadi pasien favorit di RS.
Ada keluarga pasien lain yang sama-sama menderita Leukemia, berwarganegara Malaysia, juga sangat mengasihi Ochie. Sering membeli keperluan-keperluan Ochie, membawakan makanan untuk Ochie.
Semua orang yang mengenalnya di sana mengasihinya..

Muncul pertanyaan, kalau manusia saja sangat mengasihi Ochie, masakan Tuhan tidak menunjukkan belas kasihnya dengan menyembuhkan Ochie?
Mengapa Tuhan? Bukankah Ochie anak yang baik? Bukankah ia meminta dengan sangat supaya Engkau menyembuhkannya? Ohhh Tuhan, .... bagaimana mungkin anak yang Kau beri otak yang pintar (angka-angka yang menghiasi raportnya rata-rata angka 9) tidak Engkau beri kesempatan berkarya bagi Tuhan lebih lagi? Ohhh Tuhan,,,,,,, Air mata membanjiri hati keluarga, dan teman-teman yang mengasihi Ochie.

Saya sebagai tantenya juga sangat berduka.
Semalam sebelum kepergiannya, saya menangis berdoa di hadapan Tuhan, dengan berpegang kepada 1 ayat firman Tuhan saya berdoa "Tuhan, jangan ambil Ochie di pertengahan umurnya. Ijinkan dia menggenapi seluruh rencanaMu dalam hidupnya"

Ditengah-tengah galaunya pikiran yang dipenuhi pertanyaan "kenapa ?", satu kesaksian yang membuat hati saya bisa berkata "God makes sense" (sekalipun belum mengerti) adalah ketika kemudian mendengar bahwa 2 hari sebelum pulang ke rumah Bapa, Ochie berkata kepada mamanya.
 
"Mama, .... rumah baruku sudah selesai."
Yesus sudah menyediakan rumah baru untuk Ochie, sehingga Ochie harus pulang. Pertandingannya sudah selesai. Ochie sudah sampai garis FINISH.
 
Remember me this way.
As a little girl who always rejoicing
always pray without ceasing
and always give thanks to God in everything